MEROKOK ITU MAKRUH SECARA DZAT


الصلاة آخر الزمان

الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ اْلاَطهَارِ
وَبَلِّغْ مَوْلَانَااْلإِمَامَ الْهَادِي الْمَهْدِيَّ الْمُنْتَظَر
الْمُسَمَّى بِاسْمِ رَسُوْلِكَ اْلمُخْتَارِ
وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلاَخْيَارِ

بسم الله الرحمان الرحيم

مَرَاجِعُ  اْلكُتُبِ :

فَصْلٌ فِى بَيَانِ مَا فِى الدُّخَانِ (مُسْتعَارِالتَّدْخِيْنِ أَوِ الشِّيْجَارَةِ)

SATU PEMISAH: MENERANGKAN TENTANG DUKHAN ALIAS ROKOK

بسم الله الرحمان الرحيم

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى قَدْ جَعَلَ * خِلَافَ اْلأُمَةِ لِرَحْمَةٍ جَلَا
وَنَوَّرَ قُلُوْبَ أَهْلِ اْلعِلْمِ * بِمَعْرِفَةِ الْحَقِّ فِى اْلأَحْكَامِ

Segala puji bagi Allah
Yang menjadikan beda pendapat
Dikalangan umat
Sebagai rahmat.
Jiwa-jiwa ahli ilmu diterangi-Nya
Dengan mendapat kebenaran
Tentang hukum-hukum-Nya

كمافى الحديث النبي صلى الله عليه وسلم : اختلاف أمتي رحمة (رواه البيهقي) والمعنى اختلافهم فى الفروع وأما فى الأصول فليس من رحمة بل من خالف مذهب أهل السنة كالقدرية فاختلافهم ضلال لارحمة كما قاله الحِصْنِي
Sebagaimana dalam hadits nabi yang berbunyi,:”Ikhtilafu ummati rahmah ( Perselisihan umatku adalah rahmat ( HR. Imam Baihaqi). Yang dimaksud dengan perselisihan dalam hadits di atas tentu saja perselisihan umat di dalam masalah-masalah furu` (cabang). Sebab, perselisihan yang terjadi dalam masalah ushul (pokok agama) bukan suatu rahmat, melainkan sesat.

وللدخان المشهور أسماء منها التبغ وَالتُّوْتُوْن وَالتِّنْبَاك هذا فى العربية كما أفاده الطرابشي الحلبي خلافا للنابلسي حيث قال أن التبغ والتنباك اسمان اعجميان واما اسمه فى اصطلاح علماء الطب فهو بَنْبَج جِيْر بفتح الباء الأولى والباء الثانية وسكون النون مع كسر الجيم
Selain ad-Dukhan, masyarakat Arab memiliki beberapa sebutan lain untuk menunjukan rokok, diantaranya at-Tabgh, at-Tutun, dan at-Tinbak. Semua kata itu , sebagaimana keterangan Imam ath-Tharabis al-Halabi, sudah ada sejak dulu dikalangan bangsa arab. Artinya, menurut dia , semua kata itu adalah kosakata asli Bahasa arab. Pendapat ini berbeda dengan keterangan an-Nabalisi yang menyatakan bahwa at-Tabgh dan at-Tinbak merupakan dua kata yang diserap dari Bahasa asing. Nama-nama di atas adalah nama yang sudah masyhur di masyarakat umum. Adapun dalam istilah ilmu kedokteran, tembakau sering disebut dengan nama Banbujjir.


قَالَ اللهُ تَعَالَى :فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ  ﴿سورة النحل - الآية  43
Allah Swt. Berfirman :”maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (QS. An-Nahl [16]: 43)
وَقَالَ تَعَالَى: وَلاَ تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُواْ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ ﴿سورة النحل - الآية  116
Allah Swt. Berfirman :” “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung.” (QS. An-Nahl [16]: 116)
وفي " الصحيح البخارية " عن سعد بن أبى وقاص عن النبي صلي الله عليه وسلم قال: إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْن جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْألتِهِ .
Dalam shahih Bukhari dari Sa`ad bin Abī Waqqāsh dari Nabi Saw:” Beliau Saw. Bersabda:” “Sesungguhnya yang paling besar dosa dan kejahatannya dari kaum muslimin adalah orang yang bertanya tentang hal yang tidak diharamkan, lantas hal tersebut menjadi diharamkan karena pertanyaannya tadi.” 
وفي روية الأخر:إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْن فِي الْمُسْلِمِيْن جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ أَمْرٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ عَلَى النَّاسِ مِنْ أَجْلِ مَسْألتِهِ (رواه مسلم  وأحمد وأبو داود)
Dan dalam riwayat lain disebutkan:” “Sesungguhnya kaum muslimin yang paling besar dosa dan kejahatannya terhadap (sesama) kaum muslimin adalah yang bertanya tentang perkara yang tidak diharamkan, lantas hal tersebut menjadi diharamkan kepada manusia karena pertanyaannya tadi.” (H.R.  Imam Muslim,  Imam Ahmad dan Abū Dāwūd)
وفى قاعدة :  الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَكُوْنُ الدَّلِيلُ عَلَى التَّحْرِيْـمِ  . ومعنى القاعدة:  إنّ الخالق - تبارك وتعالى - خلق العالم للإنسان، فلا يكون شيء منه حرامًا إلا ما حرم الشارع من كتاب أو سنَّة . كما فى الشائر :
وَ الأَصْلُ فِي عَادَاتِنَا الإِبَاحَهْ***حَتَّى يَجِيءَ صَارِفُ الإِبَاحَهْ
Dalam kaidah ushul fiqih “Hukum asal segala sesuatu adalah boleh (sampai ada dalil yang mengharamkannya).”

كَمَا قَالَ الشَّيْخُ الطَّامَّةَ الْكُبْرَى : عَلَى الْقَائِلِ بِالْحُرْمَةِ أَوْ بِالْكَرَاهَةِ فَإِنَّهُمَا حُكْمَانِ شَرْعِيَّانِ لَا بُدَّ لَهُمَا مِنْ دَلِيْلٍ وَلَا دَلِيْلَ عَلَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ إسْكَارُهُ وَلَا تَفْتِيْرُهُ وَلَا إضْرَارُهُ، بَلْ ثَبَتَ لَهُ مَنَافِعُ، فَهُوَ دَاخِلٌ تَحْتَ قَاعِدَةِ: الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ، وَأَنَّ فَرْضَ إضْرَارِهِ لِلْبَعْضِ لَا يَلْزَمُ مِنْهُ تَحْرِيْمُهُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ ، فَإِنَّ الْعَسَلَ يَضُرُّ بِأَصْحَابِ الصَّفْرَاءِ الْغَالِبَةِ وَرُبَّمَا أَمْرَضَهُمْ مَعَ أَنَّهُ شِفَاءٌ بِالنَّصِّ الْقَطْعِيِّ ([1])  
Sebagaimana Syekh Al-Tommah al-Kubro berkata:”Jika menghukumi haram atau makruh itu harus ada dalil karena keduanya itu adalah hukum syar’i, sedangkan dalam masalah rokok ini tidak ada dalil (al-Qur’an atau Hadits) yang menetapkannya dengan hukum haram atau makruh, karena rokok tidaklah membuat mabuk, tidak mengganggu pikiran juga tidak membahayakan, bahkan ada beberapa manfaatnya sesuai dengan qoidah “Al-Ashlu Fil Asy-yaai Al-Ibaahah”, karena sesuatu yang membahayakan bagi sebagian orang tidak bisa menjadi sebab mengharamkan kepada setiap orang. Seperti halnya madu!, pada satu sisi madu bisa membahayakan bagi orang yang mengidap penyakit kuning dan memperparah penyakitnya, tetapi di sisi lain madu bisa menjadi obat bagi penyakit yang lain dengan keterangan yang pasti bahwa madu adalah obat. )kitab Takmillah Hasiyah Raddul Muhtar , Juz 1 hal. 15(

قال السيد عبد الرحمان بن محمد باعلوى رحمه الله فى كتابه (بغية المسترشدين ص 260 ) : "لم يرد فى التنباك حديث عنه صلى الله عليه وسلم ولا أثر عن أحد من السلف وكل ما يروى فيه من ذلك لا أصل بل مكذوب لحدوثه بعد الآلَفِ واختلف العلماء فيه حلا وحرمة وألفت فيه التآليف  و أطال كل فى الاستدلال لمدعاه والخلاف فيه واقع بين متأخرى الآئمة الآربعة
Habib Abdurrahman bin Muhammad  Ba`alawy rhm. berkata dalam kitabnya (“Bughyatul Mustarsyidin “ hal.260):”Tidak ada hadits yang datang daripada Nabi Saw. berkenaan dengan tembakau, dan dan tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari seorang pun dari kalangan Salaf (para shahabat Nabi SAW.), dan tiap-tiap perkara yang diriwayatkan tentang perkara itu (tembakau) tidak ada asalnya bahkan bohong, karena perkara tembakau itu perkara yang baru, (yakni muncul) setelah seribu tahun Hijrah, dan para ulama berbeda pendapat tentang hukum halal dan haramnya, dan banyak karangan-karangan yang ditulis tentangnya, dan tiap-tiap pihak memajangkan uraian dalam mengambil dalil mengemukakan dakwaannya, dan khilaf tentangnya berlaku antara ulama yang kemudian di kalangan para imam empat mazhab. . )kitab Bughyatul Mustarsyidin hal. 260 
(
شعر الشيخ إحسان محمد دحلان رحمه الله تعالى، صاحب سراج الطالبين على شرح منهاج للغزالي ، فى كتابه "ارشاد الاخوان في بيان احكام شرب القهوة والدخان :
Syekh Ihsan Muhammad Dahlan rhm. Pengarang kitab Sirojuth Tholibin syarah Minhaj Imam Ghozali ra. Bersya`ir dalam kitabnya:”Irsyadul Ikhwan Fi Bayani Ahkami Syurbil Qohwah wad-Dukhon:”

مِنْ جِهَةِ الْحَرَامِ وَالْحَلَالِ * حَتَّى أَطَالَ كُلٌّ فِى اسْتِدْلَالِ
يُعْرَفُ بِالتَّنْبَاكِ بَيْنَ الرُّفَقَا * وَبَعْضُهُمْ وَقَفَ عَنْهُ مُطْلَقَا
Berdebat mereka antara haram dan halal
Hingga masing-masing
Berpanjang-panjang dalam istidlal
Di antara para sahabat
Tembakau disebut at-tinbak
Sebagian mereka
Menyatakan mauquf secara mutlak

وأما اختلاف المذكور الذى أتى (مِنْ جِهَةِ الْحَرَامِ وَالْحَلَالِ) فهو عند العلماء الأعلام ( حَتَّى أَطَالَ كُلٌّ ) منهم (فِى اسْتِدْلَالِ) لمدعاه كما يأتي و (يُعْرَفُ ) الدخان المشهور (بِالتَّنْبَاكِ ) الذى هو اسمه اعجمي كما ذكر النابليسي (بَيْنَ الرُّفَقَا ) بالقصر للوزن (وَ) بعد الإختلاف الكثير فى حكمه كان (بَعْضُهُمْ وَقَفَ عَنْهُ مُطْلَقَا) اي حلا وحرمة كما فى فتاوى الكردي

Perselisihan tentang tembakau tersebut berkisar tentang hukum menkonsumsinya  halal ataukah haram . Perselisihan itu terjadi diantara para ulama sejagat ini, hingga sebagian dari mereka mengeluarkan segenap tenaga untuk mengutarakan dalil-dalil yang mendukung pendapatnya. Namun demikian, setelah perselisihan yang panjang itu, sebagian dari mereka akhirnya menyerah, dan menyatakan mauquf (tidak dipastikan halal-haramnya). Demikian, sebagaimana diterangkan dalam kitab Fatawa al-Kurdiy.

و قالا المجتهد المرجع ابن حجر الهيتمي والإمام عبد الحميد الشرواني الشافعي رحمهما الله تعالى: والمعتمد انه مكروه([2])
Imam Mujtahid Muroji` Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Abdul Hamid asy-Syarwani madzhab asy-Syafi`i rhm. berkata :”Bahwa pendapat yang mu’tamad (yang layak menjadi pegangan) sesungguhnya menghisap rokok itu adalah makruh. (kitab Hawasyi al-Syarwani karya Imam al-Syarwani juz 4 hal. 237 dan kitab  Kitab Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj karya Imam Syihabuddin Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Makki al-Haytami juz 4 hal. 237)
وقال الشيخ إبراهيم بن محمد البيجوري الشافعي رحمه الله تعالى : ( قوله ولا بيع لا منفعة فيه) قيل منه الدخان المعروف لانه لا منفعة فيه بل يحرم استعماله لان فيه ضررا كبيرا وهذا ضعيف وكذا القول بانه مباح والمعتمد انه مكروه بل قد يعتريه الوجوب كما اذا كان يعلم الضرر بتركه وحينئذ فبيعه صحيح وقد تعتريه الحرمة كما اذا كان يشتريه بما يحتاجه لنفقة عياله او تيقن ضرره ([3])
Syekh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri Asy-Syafi`I rhm. Berkata:”Dan tidak sah jual beli yang tidak ada manfaatnya, ada yang berpendapat rokok itu termasuk tidak sah jual belinya karena termasuk barang yang tidak ada manfaatnya bahkan haram menggunakan atau menghisapnya karena adanya dampak negatif dan pendapat ini dianggap lemah (dlo'if). begitu juga pendapat yang menyatakan rokok itu halal juga dianggap dloif ( lemah) dan pendapat yg mu'tamad (yang bisa dibuat pegangan) yaitu sesungguhnya hukum rokok itu makruh, bahkan bisa menjadi wajib jika tau kalau meninggalkan rokok bisa berdampak negatif pada dirinya, kadang juga hukumnya rokok tadi menjadi haram seperti membeli rokok dengan uang yang seharusnya untuk nafaqoh keluarganya atau ada keyakinan jika merokok akan langsung berdampak negatif pada dirinya. (kitab albajuri juz 1 hal 343)
وقالوا صاحب النهاية الإمام العلامة جمال  الرملي الشيخ عبدالله الشرقاوى والشيخ محمد السعيد بابصيل مفتي الشافعية و الشيخ محمد ابن موسى النساوى رحمهم الله تعالى: إن الدخان مكروه على الإطلاق ([4])
Al- Jamal Ar-Ramli pemilik  kitab Nihayah,  Syekh Abdullah asy-Syarqowi, Syekh Muhammad Sa'id Babshil mufti Syafi`I, Syaikh Muhammad Ibn Musa an-Nasawi rhm. Berkata:”Sesungguhnya rokok itu makruh secara mutlak”
وقال الشيخ احمد محمد عساف فى كتابه " الحلال والحرام في الاسلام" : وقال بعض الفقهاء الشافعية إن الدخان مكروه على الإطلاق، للتأذي برائحته الكريهة. ([5])
Syekh Ahmad Muhammad `Asaaf rhm. Dalam kitabnya Halaalu walharomu fil islam Berkata:”telah berkata sebagian para fuqoha Syafi`iyyah:”Sesungguhnya rokok itu makruh secara mutlak”

وقال الشيخ أحمد الحصري: المعتمد عند الشافعية أن الدخان مكروه([6])
Syekh Ahmad al-Hasary berkata:”yang mu’tamad (yang layak menjadi pegangan) menurut madzhab Syafi`iyyah bahwa menghisap rokok itu adalah makruh. (Kitab al-Siyasah Al Jaza'iyyah karya Syekh Ahmad al-Hasary juz 2)
وقال الشيخ عزت حسنين   فى كتابه المسكرات والمخدرات بين الشريعة والقانون :" والمعتمد عند الشافعية أن تدخينه مكروه
Syekh `Izzat Ḥasanayn dalam kitabnya Muskiroot wa Mukhoddaroot bainasy Syariah wal Qonuun,  berkata :” ”yang mu’tamad (yang layak menjadi pegangan) menurut madzhab Syafi`iyyah bahwa merokoknya itu adalah makruh

وقال الشيخ ابراهيم الناصر فى كتابه غدير البنات: مجموعة قصص:  شرب الدخان مكروه
Syekh Ibrahim Nashir dalam kitabnya Ghadiiril Banaat majmu`ah Qishosh, berkata :” ”menghisap rokok itu hukumnya adalah makruh

وقال الشيخ شهاب الدين أبو العباس أحمد القرافي: وَتَتَعَلَّقُ بِهَا الْكَرَاهَةُ فِي الْأُمُورِ الْمَكْرُوهَةِ كَعِنْدَ شُرْبِ الدُّخَانِ لِأَنَّهُ مَكْرُوهٌ عَلَى الْأَظْهَرِ([7])
Syekh Shihāb al-Dīn Abū al-'Abbās Aḥmad ibn Idrīs al-Qarāfī al Maliki (1228–1285) dalam kitabnya Anwarul buruq fi anwa`il furuq, berkata:”yang berta'alluq (berhubungan) dengan makruh dari hal-hal makruh seperti ketika menghisap rokok, karena sesungguhnya menghisap rokok itu adalah makruh secara zahir.

وقال الفقيه الشافعي الشيخ عبد الله الشرقاوى: " وأما الدخان فالمعتمد أن شربه مكروه
Faqih Syafi`iyyah Syekh Abdullah asy-Syarqawi  berkata:” Adapun Rokok maka yang layak menjadi pegangan bahwa menghisapnya adalah makruh


وقال السيد محمد عبد الله الْجُرْداني رحمه الله فى كتابه فتح العلام بشرح مرشد الأنام في الفقه على مذهب السادة الشافعية :" وَتُكْرَهُ عَلَى الْمَكْرُوْهِ لِذَاتِهِ ، كَشُرْبِ الدُّخَانِ ، وَالنَّظَرِ إِلَى اْلفَرْجِ بِلَا حَاجَةٍ
Faqih Syafi`iyyah Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani rhm. Dalam kitabnya Fathul 'Allam bi Syarhi Mursyidil Anam, berkata:” Dan dimakruhkan dalam setiap perbuatan makruh secara dzatnya seperti menghisap rokok dan melihat vagina istri tanpa hajat.
فى كتاب البحوت في علم النفس الاجتماعي و الشخصية للمعتز سيد عبداللّه - وفى كتاب النزهة المشتاق في اختراق الآفاق للشريف الإدريسي- مع فى كتاب الإتحاف الطلاب بشرح منظومة الآداب للشيخ صالح بن فوزان الفوزان : وان رائحة الدخان كريهة
Dalam kitab Bahuut fi `ilmin Nafsil ijtimaa`I dan kitab asy-Syakhshiyyah lil mu`taz Sayyid Abdillah, dan kitab Nuzhatil mustaq fi ikhtiroqil Aafaaq karya Syarif Idris, serta Ittihafith Thulab bi Syarhi Manzhumatil Adab karya Syekh Sholih Fauzan al-Fauzan:”menerangkan bahwa sesungguhnya aroma rokok itu makruh.
و فى القول الأمين فى اختلاف السّنيين فى معركة التدخين : تعاطي الدخان المعروف مكروه عند الشافعيه للتأذى برائحته الكريهه
Dalam kitab Qoulil Amiin fikhtilafis suniyyin fi ma`rokatit tadkhiin menerangkan:”rokok yang dikenal makruh menurut madzhab syafi`iyyah 
و فى الإبداع في مضار الإبتداع: أن شرب الدخان مكروه فى غير مجلس القرآن ويحرم في مجلس القرأن ([8])
Dalam kitab Ibda`I fi madlorril ibtida`I (kitabnya orang yang suka mengkafir-kafirkan ):”sesungguhnya menghisap rokok itu makruh dari selain majlis qur`an dan haram dalam majlis qur`an.
و فى الإبداع في مضار الإبتداع : أن شرب الدخان مكروه فى غير المسجد ويحرم في المسجد ([9])
Dalam kitab Ibda`I fi madlorril ibtida`I (kitabnya orang yang suka mengkafir-kafirkan):”sesungguhnya menghisap rokok itu makruh dari selain masjid dan haram di dalam masjid.
فى مجلة رابطة العالم الإسلامي فى مسألة 275 - 286 عام 1988 مـ :" والمعتمد عند الشافعية انه مكروه ، و رابطة الإسلامية فى مسألة 275 - 279 عام 1988 مـ : والمعتمد عند الشافعية انه مكروه
Dalam  Majallat Rābiṭat al-ʻĀlam al-Islāmī - Masalah 275-286 tahun 1988 M. dan dalam al-Rābiṭah al-Islāmīyah - Masalah 275-279 tahun 1988 M. menerangkan :”bahwa yang yang layak menjadi pegangan menurut madzhab Syafi`iyyah bahwa merokok itu adalah makruh.

شعر الشيخ إحسان محمد دحلان رحمه الله تعالى، صاحب سراج الطالبين على شرح منهاج للغزالي ، فى كتابه "ارشاد الاخوان في بيان احكام شرب القهوة والدخان :
Syekh Ihsan Muhammad Dahlan rhm. Pengarang kitab Sirojuth Tholibin syarah Minhaj Imam Ghozali ra. Bersya`ir dalam kitabnya:”Irsyadul Ikhwan Fi Bayani Ahkami Syurbil Qohwah wad-Dukhon:”

والمعتمد أنه مكروه * كما يقول الباجوري الأفقه
بل ذاك قد يعتريه الوجوب * ان الضرر علم المجتنب
وقد تجيئ الحرمة فى البذل * بما احتاج نفقة العيال
على شرائه لذا المذكور * هذا تمام كلام الباجوري
ووافقته فرقة الأئمة * فمنهم تلميذه العلامة
عبد الحميد فى حواشي  التحفة * وكلهم ذو رتبة منيفة
Yang Mu`tamad adalah makruh
Seperti pendapat sang faqih, al-Bajuri
Tapi terkadang menjadi wajib
Jika orang yang meninggalkannya
Tahu adanya bahaya
Hukum haram juga bisa ada
Jika perokok membeli dengan harta
Yang dibutuhkan untuk nafkah keluarga
Demikian, pendapat al-Bajuri
Telah sempurna
Sekelompok imam sepakat dengannya
Seperti muridnya,
Abdul Hamid di pinggir at Tuhfah
Mereka semua adalah para ulama
Yang tinggi derajatnya

(وَ) بَعْدَ رَأَيْتُ الْخِلَافَ بَيْنَهُمْ فِى اَمْرِهِ وَحَاصل كَلَامهم قُلْتُ : (اْلمُعْتَمَدُ أَنَّهُ ) اَيْ شُرْبُ الدُّخَانُ (مَكْرُوْهٌ * كَمَا يَقُوْلُ الْبَاجُوْرِ اْلأَفْقَهُ) مِنْ كِتَابِ الْبُيُوْعِ مِنْ حَاشِيَتِهِ عَلىَ شَرْحِ اْلغَايَةِ، وَعِبَارَتُهُ بَعْدَ ذِكْرِ الْقَوْلِ بِالْحَرَمَةِ وَهٰذَا ضَعِيْفٌ وَكَذَا اْلقَوْلُ بِأَنَّهُ مُبَاحٌ وَاْلمُعْتَمَدُ أَنَّهُ مَكْرُوْهٌ
Setelah saya mengamati perbedaan pendapat para ulama beserta kesimpulan masing-masing pihak tentang masalah rokok, di sini saya berkata bahwa pendapat yang mu’tamad (yang layak menjadi pegangan) adalah pendapat yang mengatakan bahwa hukum merokok adalah makruh. Pendapat ini dilontarkan oleh Imam al-Bajuri dalam Hasyiyah ’Ala Syarh al-Ghayah pada bagian Kitab al-Buyu’. Dalam kitab tersebut, sesudah menuturkan pendapat yang menyatakan haramnya rokok, al-Bajuri berkata, ”Pendapat ini (bahwa rokok hukumnya haram) adalah pendapat yang lemah. Demikian pula pendapat yang mengatakan bahwa merokok hukumnya mubah (boleh). Pendapat yang mu’tamad adalah makruh.

بل قد يعتريه الوجوب كما يعلم الضرر بتركه وقد تعتريه الحرمة اذا كان يشتريه بما يحتاجه نفقة عياله لو تيقن ضرره  إنتهى بحذف وإلى تلخيص كلامه اشار الناظم بقوله (بل ذاك قد يعتريه الوجوب * ان الضرر علم المجتنب) واصل الكلام ان علم المجتنب الضرر (وقد تجيئ الحرمة فى البذل * بما احتاج نفقة العيال) *(على شرائه لذا المذكور *) من الدخان المشهور (هذا تمام) الحاصل من (كلام الباجوري) * (ووافقته فرقة الأئمة * فمنهم تلميذه) الباجوري (العلامة) الشيخ (عبد الحميد فى حواشي  التحفة *) حيث كلام شيخه الذى أكثره ما قدمت بعد ان قال ان فى قول الرشيد المار نظرا قال ويكفي في منع إباحته مجرد الخلاف فى حرمته (وكلهم) اي الأئمة (ذو رتبة منيفة) اي عالية  

Namun demikian, terkadang hukum merokok dapat berubah menjadi wajib. Misalnya, ketika seseorang mengetahui bahwa jika dia meninggalkan rokok dia akan mendapat madharat. Terkadang pula' hukum makruh itu dapat berubah menjadi haram. Misalnya, ketika seseorang membeli rokok dengan uang yang seharusnya dia gunakan untuk menafkahi keluarganya. Dan dia tahu bahwa dengan menggunakan uang itu untuk membeli rokok, kaadaan  keuangannya dalam bahaya.”
Apa yang dilontarkan oleh al-Bajuri tersebut sedikit banyak telah terekam dalam kata-kata Nazim (sang penyair) yaitu:”
Tapi terkadang menjadi wajib /jika orang yang meninggalkannya/tahu adanya bahaya/hukum haram juga bisa ada/jika si perokok membeli dengan harta/ yang dibutuhkan untuk nafkah keluarga/ demikian, pendapat al-Bajuri telah sempurna.

Pendapat al-bajuri ini ternyata juga pendapat dukungan dari sekelompok imam dan ulama yang memiliki derajat tinggi. Salah satu diantara mereka adalah muridnya sendiri, Syekh Abdul, yang banyak mengutip pendapat gurunya tersebut ( sebagian besar telah kita sebutkan diatas) sesudah mengatakan bahwa pendapat Imam ar-Rasyid perlu ditinjau ulang, Syekh Abdul Hamid berkata dalam kitabnya, “Perselisihan tentang haramnya rokok itu sendiri sudah cukup menunjukan tidak tepatnya hukum mubah.”

ومنهم الشرقاوى قد نظره *فى كلام القليوبي اي بحثه
ومنهم فى الفتاوى شيخ الكردي*وظاهر فى الدخان المردد
ان عرض الذي يحرمه * ينسب للإنسان قد يضره
في بدن غيره حرام * وقد قال الغزالي الأعلام
 بتحريم العسل على المحرور *  اقروه عليه ثم أفكر

Diantara mereka, asy-Syarqawi
Yang meninjau pendapat al-Qalyubi
Juga al-Kurdi dalam al-Fatawa
Jelaslah dalam perkara rokok
Yang didebatkan
Bahwa munculnya keharaman
Hanya bagi insan yang terbahayakan
Baik badan maupun bukan
Al-Ghazali pun memutuskan
Bahwa madu haram
Bagi orang yang darahnya panas
Demikian ulama telah merenungkan
Hendaknya engkau merenungkan

(ومنهم الشرقاوى قد نظره ) الكلام المعلوم من قوله ( فى كلام القليوبي اي بحثه) تفسير بقوله نظره فقال بعد نقله قول القليوبي بحرمته لما مر انه يورث التراهيل والتنافس قال وفيه نظر بل هو مكروه
Selain muridnya sendiri, ulama lain yang sepakat dengan al-Bajuri adalah Imam asy-Syarqawi. Dia telah memberi kritik atas pernyataan al-Qalyubi yang mengharamkan rokok dengan alasan bahwa rokok menyebabkan sesak napas dan kelesuan badan. Asy-Syarqawi berkata:”Pernyataan ini layak ditinjau ulang. Sebab hukum rokok adalah makruh.

نعم من غلب حصول الضرر المذكور حرم عليه ولكن لايختص بذلك بل عسل النحل الذ اخبر الله بانه شفاء من كل داء كذلك
Memang benar bahwa merokok haram bagi orang yang jika merokok dapat dipastikan akan terkena madharat yang disebutkan al-Qalyubi tersebut. Akan tetapi, keharaman itu hanya berlaku khusus baginya. Jangankan rokok, madu lebah yang disebut Allah sebagai obat segala penyakit juga seperti itu ( memiliki pengecualian)”.

(ومنهم فى الفتاوى شيخ الكردي) حيث قال ملخصا ( وخالف فى الدخان المردد) المختلف فيه ( ان عرض الذي يحرمه ينسب للإنسان قد يضره في بدن غيره) من عقله فهو (حرام وقد قال الغزالي العلام بتحريم العسل) بسكون السين الذى فيه شفاء بنص القرآن (على المحرور) وهو من طبائعه حارة كذا فى المدابغي على فتح العين (واقروه عليه ثم افكر) انت فيه تكملة وصرحوا بحرمة تناول الطين على من يضره وقد يعرض ما يبيحه بل يصير مسنونا كما اذا استعمل للتداوي حيث اخبر طبيب بانه دواء لعلته التي شرب لأجلها او علم ذلك بالتجربة  فقد صرحوا ايضا بحل التداوي بسائر النجاسات المتفق على حرمة
Ulama lain yang sependapat dengan al-Bajuri adalah Imam Kurdi. Dalam karyanya, al-Fatawa, dia menyebutkan yang ringkasnya sebagai berikut:”
Jelaslah bahwa dalam perkara rokok yang diperselisihkan itu hukum haram diandaikan pada orang-orang yang akan terkena bahaya jika merokok. Baik bahaya tersebut mengenai badannya maupun  akal pikirannya . sungguh, Imam al-Ghazali pun mengharamkan madu bagi orang yang berdarah panas, padahal madu jelas-jelas disebut oleh al-Qur`an sebagai penawar.”
Demikianlah pendapat para ulama yang seyogyanya kita renungkan. Pada kasus lain, para ulama menyatakan bahwa memakan lumpur hukumnya haram. Akan tetapi, jika ada sesuatu yang menyebabkan boleh, hukumnya pun berubah menjadi mubah. Bahkan, terkadang hukumnya dapat menjadi sunat, misalnya, ketika digunakan untuk berobat, ketika seorang dokter atau tabib memberikan resep bahwa tanah lumpur tersebut adalah obat bagi sakit yang dideritanya, atau ia sendiri tahu bahwa lumpur itu obat bagi sakitnya dari pengalamannya. Pada kasus lain, para ulama menyatakan halalnya berobat dengan benda-benda najis yang telah disepakati keharamannya.

تناولها ما عدا صرف الخمر وحيث خلى عن تلك العوارض فهو مكروه لما صرح به ابن حجر فى مواضع تحفته ان الخلاف القوي فى الحرمة يفيد الكراهة
Jadi, selama rokok tidak dicampur atau dibumbui dengan kharm (sejenis minuman keras) dan selama rokok tidak mendatangkan akibat-akibat yang telah disebutkan di atas, hukumnya adalah makruh. Dalam kitab Tuhfahnya, Ibnu Hajar menyatakan polemik hebat disekitar haram-tidaknya rokok secara otomatis mengantarkan rokok pada hukum makruh.

 وينزل منزلة النهي الخاص غير الجازم
Adapun keharam rokok yang bersifat khusus ( hanya pada mereka yang membahayakan badan atau akalnya) dipandang sebagai hukum yang kurang mengikat atau tidak pasti (ghairul jazim).

 فقد صرح الجمل الرملي بإطلاق كراهة وينزل منزلة النهي الخاص غير الجازم نحو الثوم النيئ فتأمل فهذا كذا والله أعلم افاده السماراني في رسالته

Al-Jamal ar-Ramli juga menyatakan hal yang senada. Dia berkata bahwa secara umum hukum rokok adalah makruh. Sedangkan  keharaman rokok bagi orang-orang tertentu tidak memiliki kekuatan hukum yang pasti (Ghairul jazim) sebagaimana hukum makan bawang mentah. Renungkanlah pernyataan ini. Wallahu A`lam.

ومنهم السعيد بابصيل * الفقيه المتقن ثم الكامل
ومنهم الشيخ ابن موسى النساوي  * يعرف بين الناس بالمعري
قد افتيا بجواز الشرب لما  * ذكر  مع كراهة فليعلما
وذاك ان لم يتعلق اصلا *  قلبه حيث يقدر انفصالا
وان يكن على خلافه فلا * هذا اصح الفتاوى فاعملا

Diantara mereka, as-Sa`id Babashil
Sang faqih yang bertaqwa nan kamil
Juga syekh ibn Musa an-Nasawi
Yang dikenal orang dengan nama al-Mu`ri
Keduanya berfatwa,
Merokok boleh saja
Tapi hukum makruh menyertainya
Itu jika jiwanya tidak tertawan
Sekiranya ia mampu meninggalkan
Namun jika tidak
Hukumnya pun tak demikian
Inilah fatwa paling sahih
Yang hendaknya kau amalkan

(ومنهم ) الشيخ محمد (السعيد بابصيل) مفتى الشافعية ( الفقيه المتقن ثم الكامل ومنهم ) الشيخ محمد ( ابن موسى النساوي يعرف بين الناس بالمعري) فـ (قد افتيا) الإمامان محمد سعيد ومحمد ابن موسى (بجواز الشرب لما ذكر) من الدخان ( مع كراهة) بسكون العين (فليعلما) حاصل كلامهما والألف للإطلاق ( وذاك) اي حكم الجواز مع الكراهة (ان لم يتعلق) به (اصلا) اي بالكلية ( قلبه حيث يقدر انفصالا) عن الشرب (وان يكن) قلبه (على خلافه) وهو تعلق به بحيث لايمكن ان تركه (فلا) يكون الشرب مكروها (هذا) الذي ذكر (اصح الفتاوى فاعملا) والألف للإطلاق.
Masih banyak lagi ulama yang mendukung pendapat al-Bajuri tentang makruhnya merokok. Salah seorang diantara mereka, tersebutlah Syekh Muhammad Sa`id Babashil, seorang mufti Syafi`iyyah. Dia adalah seorang yang ahli fiqih ( al-faqih), bertakwa, lagi tinggi keilmuannya, hingga hampir-hampir jika boleh dikatakan mendekati sempurna. Selain Babashil, ada ulama lain yang juga mendukung, yakni Syekh Muhammad Ibn Musa an-Nasawi, seorang ulama yang terkenal dengan sebutan al-Mu`ri. Kedua ulama ini telah berfatwa bahwa merokok boleh-boleh saja. Hanya saja, kebolehan ini dibarengi dengan kemakruhan. Hal ini jika si perokok sama sekali tidak mengalami ketergantungan terhadap rokok yang dihisapnya, dalam arti, Dia dapat meninggalkan rokok atau berhenti merokok. Jika tidak demikian artinya si perokok mengalami ketergantungan dan tidak dapat meninggalkan rokok, maka diperbolehkannya merokok tersebut tidak disertai dengan hukum makruh.
Menurut pengarang, fatwa terakhir ini adalah fatwa yang paling shahih. Oleh karena itu, seyogyanya kita mengamalkannya.

مِنْ جِهَةِ الْحَرَامِ وَالْحَلَالِ * حَتَّى أَطَالَ كُلٌّ فِى اسْتِدْلَالِ
يُعْرَفُ بِالتَّنْبَاكِ بَيْنَ الرُّفَقَا * وَبَعْضُهُمْ وَقَفَ عَنْهُ مُطْلَقَا
Berdebat mereka antara haram dan halal
Hingga masing-masing
Berpanjang-panjang dalam istidlal
Di antara para sahabat
Tembakau disebut at-tinbak
Sebagian mereka
Menyatakan mauquf secara mutlak

وأما اختلاف المذكور الذى أتى (مِنْ جِهَةِ الْحَرَامِ وَالْحَلَالِ) فهو عند العلماء الأعلام ( حَتَّى أَطَالَ كُلٌّ ) منهم (فِى اسْتِدْلَالِ) لمدعاه كما يأتي و (يُعْرَفُ ) الدخان المشهور (بِالتَّنْبَاكِ ) الذى هو اسمه اعجمي كما ذكر النابليسي (بَيْنَ الرُّفَقَا ) بالقصر للوزن (وَ) بعد الإختلاف الكثير فى حكمه كان (بَعْضُهُمْ وَقَفَ عَنْهُ مُطْلَقَا) اي حلا وحرمة كما فى فتاوى الكردي

Perselisihan tentang tembakau tersebut berkisar tentang hukum menkonsumsinya  halal ataukah haram . Perselisihan itu terjadi diantara para ulama sejagat ini, hingga sebagian dari mereka mengeluarkan segenap tenaga untuk mengutarakan dalil-dalil yang mendukung pendapatnya. Namun demikian, setelah perselisihan yang panjang itu, sebagian dari mereka akhirnya menyerah, dan menyatakan mauquf (tidak dipastikan halal-haramnya). Demikian, sebagaimana diterangkan dalam kitab Fatawa al-Kurdiy.














[1] - أنظر فى رد المحتار على الدر المختار  الجزء السادس  ص 460

[2] - أنظر فى انظر فى حواشي تحفة المنهاج بشرح المنهاج - ج ٤ - الحج – البيع ، ص ٢٣٧ للإمام عبد الحميد الشرواني الشافعي، تحفة المحتاج في شرح المنهاج - ج ٤ - الحج – البيع ، ص ٢٣٧ للإمام ابن حجر الهيتمي

[3] - أنظر فى حاشية البيجوري على شرح ابن قاسم الغزي على متن أبي شجاع في مذهب الإمام الشافعي ج : ١ ص : ٣٤٣

[4] - أنظر فى شرح منظومة إرشاد الإخوان في بيان أحكام شرب القهوة والدخان، ص ١٤-١٥

[5] - أنظر فى الحلال والحرام في الاسلام للشيخ احمد محمد عساف ، و فتاوى الشيخ الألباني ومقارنتها بفتاوى العلماء ص 95 ، كتاب: يسألونك في الدين والحياة للشيخ احمد الشرباصي

[6] - أنظر فى السياسة الجزائية في فقه العقوبات الاسلامي المقارن للشيخ أحمد الحصري ج ٢  - ومجلة رابطة العالم الإسلامي العدد (٢٥٧-٢٨٦)
[7] - أنظر فى أنوار البروق في أنواع الفروق للشيخ شهاب الدين أبو العباس أحمد بن إدريس المشهور بالقرافي ج ١ ص ١٤٩

[8] - أنظر فى أنظر فى الإبداع في مضار الإبتداع ص ٢٣٣ - وفتاوى الشيخ الألباني ومقارنتها بفتاوى العلماء ص ٩٧ - و يسألونك في الدين والحياه ج ٢

[9] - أنظر فى أنظر فى الإبداع في مضار الإبتداع ص ٢٣٣ - وفتاوى الشيخ الألباني ومقارنتها بفتاوى العلماء ص ٩٧ - و يسألونك في الدين والحياه ج ٢


Tidak ada komentar:

Posting Komentar